Setiap pulang dan berjumpa amak, selalu saja ada hal yang diceritakan, tepatnya dinasehati. serunya, kali ini masalah wanita dalam islam. merujuk pada pengajian beliau tadi sore, amak mulailah mengupas tentang hukum wanita berpergian dan juga dalam berbusana. mulailah kami cek-cok sedikit, beda pendapat, saling menyalahkan, tapi tetap, ujungnya kami menarik kesimpulan; kalau wanita muslim itu harus cantik, cerdas, dan juga islami.
Entah kenapa, pembahasan tadi kembali mengingatkanku akan isu hangat beberapa saat lalu, yang mengatakan kalau syariat Islam di Aceh membelenggu perempuan. Jujur, bagi saya yang notabenenya adalah wanita Aceh entah kenapa statement itu terdengar lucu dan menggelikan. Dan selaku wanita Aceh, saya rasa saya punya hak dan harus berbicara mengenai masalah ini, minimal untuk meyakinkan diri saya, adakah saya merasa demikian?
Begini, sedikit saya jelaskan latarbelakang dan apa yang saya rasakan. jujur, saya terlahir dalam keluarga besar, 9 bersaudara, dan jumlahnya didominasi oleh laki-laki, dimana hanya 3 perempuan dan 6 laki-laki. saya terlahir di Aceh, dari Ayah dan amak yang berdarah Aceh, dan juga dibesarkan di Aceh, dan tentunya dibesarkan dalam nuansa Keislaman yang sangat kental. Namun, selaku perempuan, tak pernah sekalipun saya merasa ada perlakuan berbeda antar wanita dan laki-laki dalam keluarga kami, juga dalam masyarakat dimana saya tinggal. Dalam keluarga kami, jika yang laki-laki mendapatkan pendidikan tinggi, bahkan hingga ke luar negeri, maka yang perempuan, jika ia ingin menggapainya juga berhak mendapatkan hal yang sama, bahkan hingga ke luar Benua. Perlakuan setara itu bukanlah dikarenakan latarbelakang pendidikan Ayah dan Amak saya yang tinggi, ataupun keduanya aktivis gender, bukan juga karena kami berasal dari keluarga bangsawan dan jutawan. Ayah saya hanya tamatan SD era penjajahan jepang dulu (ntah ada tamat pun), dan amak saya hanya lulusan sekolah keguruan. Namun, semua perlakuan itu adalah karena pegangan keduanya yang kuat akan perintah Allah; kalau semua anak-anak harus dididik dengan baik, tanpa perbedaan. Bukankah Nabi sendiri juga memperlakukan anak perempuan dan istrinya secara terhormat begitu juga.